Opa Alex

Sudut favorit saya dan rie ketika kami masih belajar di Erasmus huis adalah perpustakaan atau Bibliotheek dalam bahasa Belanda. Sejak memutuskan untuk menghabiskan akhir minggu belajar bhs.Belanda kami memilih kelas di hari sabtu siang, kelas dimulai pukul 13.00wib namun kami sering datang lebih awal untuk mampir keperpusatakaan melihat-lihat buku.

Melihat? iyya melihat. Favorit saya adalah majalah atau buku dengan gambar-gambar fotografi alam atau bangunan-bangunan di kota-kota di dunia . Ririe favoritnya mencari buku kategori anak-anak dengan text tulisan yang tidak terlalu banyak dan hurufnya besar-besar bergambar lucu dan berwarna.
Karena di Bibliotheek pastinya lebih banyak buku yang menggunakan bhs.Belanda dan kami tidak paham artinya maka kami hanya akan MELIHAT sambil membalik setiap lembar halaman majalah atau buku.

Setiap kami ke bibliotheek kami selalu bertemu satu grup opa-opa mereka ada bertiga orang. tampak dua dari mereka berasal dari bagian barat di Indonesia, Maluku, saya bodoh soal sejarah namun saya rasa memang sepertinya sebagian Maluku punya ikatan emosional yang kuat dg Belanda. Salah satu dari mereka adalah Opa Alex berpostur kurus tidak terlalu tinggi dengan rambut keriting beruban. Opa Alex membantu kami cara membaca dalam bhs. Belanda. Kadang beliau bertanya "ada PR apa hari ini?".

Ada satu buku anak-anak yang direkomendasikan beliau berjudul Ot en Sien, buku yang terbit sejak lama bahkan buku cerita ini adalah bacaan Opa Alex ketika beliau masih kecil (saya rasa Opa alex berumur 60th ketika kami mengenal beliau sekitar 7 atau 8 th yang lalu). Buku tentang keluarga Belanda yang tinggal di Indonesia dan mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitanya. Si Ibu digambarkan berbaju kebaya dengan rambut di gulung, Si Ayah dengan setelan baju dan topi seperti meneer-meneer Belanda yang kita lihat di film-film perjuangan Indonesia duduk dikursi goyang memegang koran dan pipa rokok dimulutnya. Ot dan Sien adalah 2 anak kecil berumur sekitar 6 dan tujuh tahunan atau bahkan kurang dari itu.

Suatu hari Opa Alex  memberi kami kamus saku Belanda-Indonesia Rie meminta saya yang menyimpannya dan sampai saat ini masih tersimpan di rak buku saya. Sejak itu kami tidak pernah bertemu opa Alex selama beberapa minggu, sampai suatu ketika kami bertemu salah satu kawan beliau di perpustakaan duduk sendiri tanpa opa alex
" Pak Alex kemana pak?"
"ohhh Oom alex sudah meninggal beberapa minggu yang lalu"
Beberapa minggu yang lalu ketika itu banjir besar 5tahunan melanda Jakarta, kawan opa alex memang memberitahukan kapan Opa Alex meninggal tapi saya lupa tepatnya.
Ketika itu saya dan Rie terdiam di kursi kami, Rie bukan seorang yang sentimentil atau sensitif apalah namanya tapi hari itu dia meneteskan airmata mendengar berita meninggalnya Opa Alex.

Opa Alex, kami tidak cukup sering mengucapkan terimaksih atas ilmu yang dibagi rekomendasi buku dan bantuannya membaca text Belanda.
May you rest in peace in God's Heaven

us
XXX
Ps: sudah pernah di posting di akun FB pribadi

salah satu halaman dalam buku Ot en Sien

Comments

Popular Posts