Is zij slaapen?
Sebelum berangkat saya mulai memikirkan bagaimana caranya? saya
memang tidak berkerudung saat ini (jangan tanya kenapa atau kapan
kecuali anda ingin melihat senyum termanis saya :D ) tapi untuk
komunikasi dengan Sang Penguasa Jagad Raya dan seluruh Jiwa manusia,
Allahswt, saya tetap lakukan. Kawan saya Rie menyarankan saya untuk
lebih sering tidur di pesawat nanti karena saya akan sampai tujuan pagi
hari dan badan saya harus menysuaikan waktu setempat untuk menghindari
jetlag, sayangnya saya tidak bisa tertidur padahal sejak dari jakarta
saya selalu order susu untuk membuat saya mengantuk (teori itu saya
dapat dari seorang teman entah benar atau tidak). Seatmate saya adalah
mas Belanda kami tidak bercakap apa-apa sama sekali (tidak penting
juga), saya lebih suka bengong menatap monitor depan saya berpikir dan
menulis sampai saya sadar monitar depan saya menampilkan peta entah saya
berada diatas tanah mana namun sudah dini hari ketika saya sadar saya
belum Isha, saya segera bersuci, dan menutup kepala saya dengan pashmina
murah yang saya beli Thamrin city, dengan duduk saya mulai melakukan
gerakan sholat.
Setelah rakaat kedua saya dengar suara
menyapa, jujur saya jadi tidak bisa berkonsentrasi ibu saya menyebutnya
tidak tumu'ninah atau khusu' pelan saya dengar pramugari bertanya pada mas belanda
disamping saya "is zij slapen?" (apakah dia tidur?) dan mereka
membicarakan sesuatu, sempat saya merasa pundak saya disentuh pelan
sangat pelan "wilt u koffie of thee ?" entah pramugari itu bertanya pada
siapa, tapi mereka berdua tetap membicarakan sesuatu entah tidak jelas
karena mereka bercakap dalam bahasa belanda. Jawaban yang selalu sama setiap saya ditawari minuman SUSU dari perjalana saya di Jakarta-Kuala Lumpur, sampai Kuala Lumpur - Amsterdam maksudnya agar saya mudah tidur.
Sampai rakaat
saya selesai saya salam menoleh ke kanan kiri berdzikir dan berdoa
sebentar, saya lepas pashmina yg saya kerudungkan dikepala dan menoleh
ke kiri, mbak pramugari dan mas Belanda itu menatap saya dengan senyum
lebar mereka,
"wilt u koffie of thee?" (apakah anda ingin kopi atau teh?) tanya mbak pramugari
dan
jawabnya selalu sama "ik wil melk alsjeblieft" jawab saya (awww saya
mencoba mempraktekkan bhs yg sempat saya pelajari dulu).
Entah
apa yang ada dipikiran mereka, apakah mereka pernah mengira saya
seorang muslim atau seseorang yang sedang melakukan ritual aneh diatas
pesawat? apakah saya patut dicurigai?. Tapi hal yang saya suka adalah,
betapa sabarnya mbak pramugari menunggu saya hanya untuk menawarkan
minum dan tatapan mereka kearah saya dengan mata dan senyum lebar bersahabat. Ohhh i love life
Comments
Post a Comment